UA-226133185-1
0812 1566 3955 [email protected]

Bagian 1

Arif adalah seorang mahasiswa baru jurusan teknik mesin di Universitas Negeri Jember. Dia lulusan jurusan IPA dari salah satu Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Magetan. Semasa sekolah dia sangat tertarik dengan pelajaran fisika, sehingga memilih kuliah di jurusan teknik mesin. Pertama kali masuk kuliah, dia merasa begitu senang sekaligus tertantang untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi selama proses kuliah. Akankan dia bisa betah di sana, akankah dia bisa mengikuti semua perkuliaham, akankah dia mendapatkan teman yang baik, dan harapan-harapan lainnya.

Pada awal pekuliahan semua berjalan dengan lancar. Arif mendapatkan teman kos yang baik, begitupun dengan teman sekelasnya. Materi kuliah yang diambilpun masih mata kuliah (makul) dasar pengembangan yang didapatkan ketika di SMA sehingga masih mudah untuk diikuti. Masuk semester tiga, Arif mulai kesulitan mengikuti makul-makul permesinan karena dia belum pernah mempelajari itu sebelumnya. Mahasiswa lain yang dulunya dari sekolah menengah kejuruan (SMK) bisa mengikuti makul tersebut dengan baik karena mereka sudah pernah mendapatkan mata pelajar permesinan sebelumnya. Arif mulai merasa cemas dengan hasil yang akan didapatkan, dan segera mencari cara agar dia tidak gagal di semester tersebut. Dia mulai mendekati teman sekelasanya Afrizal, yang cukup mahir dalam makul tersebut dan meminta tolong untuk mengajarinya. Sayangnya, Afrizal tidak cukup baik dalam menjelaskan hal-hal yang mereka pelajari sehingga Arif lebih banyak tidak mengertinya.

Arif mencari cara lain untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Dia bercerita pada teman se-kosnya berharap bisa mendapatkan solusi yang tepat. Salah satu teman kosnya menyarakan agar dia ikut les untuk mahasiswa yang ada makul permesinan. Dia mencari berbagai informasi dari media massa maupun poster yang di tempel di papan informasi kampus. Akhirnya dia menemukan salah satu lembaga les privat yang cocok dengan yang diinginkan dan segera mendaftarkan diri mengikuti les selama 4 bulan. Keesokan harinya dia mulai mengikuti les privat, mendengarkan dan mencoba memahami apa yang dijelaskan oleh tutornya. Setelah seminggu berjalan, Arif mulai merasakan dampak positifnya. Dia menjadi lebih mudah menangkap dan memahami apa yang disampaikan dosennya ketika perkuliahan makul-makul tentang permesinan berlangsung.

Ujian Akhir Semester (UAS) yang akan berlangsung selama seminggu sudah di depan mata, tentunya dia sudah siap untuk bertempur dengan segala kemampuannya. Selama UAS, dia mencoba menerapkan pola-pola belajar seperti yang diajarkan oleh tutornya sehingga tidak menemukan masalah yang berarti dalam mengerjakan semua soalnya. Dia merasa bahagia bisa melewati masa-masa yang cukup merepotkan itu dan berarap mendapatkan hasil yang maksimal di semester itu.

Bagian 2

Kesulitan belajar yang dialami Arif saat ini mengingatkannya pada masa sekolah dulu. Dahulu Arif adalah orang yang aktif berorganisasi, dia mengikuti tiga organisasi yang cukup populer di sekolah yaitu Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Rohani Islam (Rohis), dan Pramuka. Dia mulai menjadi staff OSIS dan Rohis di semester 2 kelas X, kemudian aktif sebagai pengurus pramuka mulai kelas XI. Hampir setiap minggu ada kegiatan dari ketiga oragnisasi tersebut. Hari Senin digunakan untuk rapat OSIS, hari Kamis kumpul Rohis, dan hari Sabtu latihan Pramuka. Belum lagi kalau ada kegiatan di luar atau kemah, dalam seminggu bisa saja dia tidak masuk kelas sama sekali.

Ketika kelas XI dia dan teman-temannya seperjuangan teramat menikmati kegiatan berorganisasi. Semua semangat dia curahkan untuk berkegiatan dan mengikuti lomba Pramuka di berbagai tingkatan baik di kecamatan sampai dengan provinsi. Ketika tiba saatnya dia masuk kelas untuk mengikuti pelajaran, dia akan kesulitan untuk memahami pelajaran yang ada, begitu juga ketika belajar mandiri. Alhasil dia hanya bisa pasif pada mata pelajaran tertentu khususnya mata pelajaran jurusan IPA dan Matematika karena banyak rumus dan teori yang harus dihafalkan sekaligus dipahami. Arif masih tertolong dengan kemampuannya memahami mata pelajaran agama dan umum, sehingga nilainya masih tertolong.

Suatu ketika sedang berlangsung mata pelajaran Matematika di kelas. Bab yang sedang dipelajari adalah limit fungsi. Ketika di kelas X dulu sudah pernah dikenalkan dengan pengantar awalnya. Dia mencoba mempehatikan dengan saksama apa yang dijelaskan Bu Hidayah sambil mengingat-ingat konsep dasar yang sudah didapatnya dulu. Pada 10 menit pertama, dia masih bisa menangkap apa yang dijelaskan oleh Bu Hidayah tetapi, setelahnya dia sudah tidak bisa memahami yang dijelaskan. Rasa-rasanya yang sekarang jauh lebih sulit dan rumit sehingga membuatnya merasa bosan dan gelisah tidak karuan. Dia berusaha keras tetap memperhatikan ke depan, tetapi tetap saja gagal. Kemudian dia hanya bisa tertunduk agar tidak ketahuan oleh guru dan tidak ingin mengganggu siswa lain.

Bu Hidayah mendapati Arif yang sedang terlihat gelisah, lalu menghampirinya dan bertanya “kamu kenapa Rif, kok kelihatannya tidak nyaman dengan pelajaran saya?”. Mendengar pertanyaan itu semua murid di kelas jadi ikut memperhatikan dia, hal tersebut membuatnya merasa malu sekaligus tidak enak karena mengganggu belajar teman-temannya yang lain. Dengan nada gugup Arif mencoba menjawab pertanyaan Bu Hidayah “mmm.. saya minta maaf Bu, sudah membuat proses belajar terganggu. Saya merasa tidak nyaman karena tidak bisa memahami satupun yang Ibu jelaskan sedari tadi”. Mendengar jawaban Arif, Bu Hidayah mencoba mengerti kondisinya karena memang dia sangat aktif di luar kelas sehingga banyak tertinggal pelajaran di kelas. “ya sudah tidak apa-apa, saya tahu kondisi kamu Rif, nanti sepulang sekolah temui saya di kantor guru ada yang ingin saya sampaikan”, balas Bu Hidayah. “Baik, nanti saya akan menemui Ibu sepulang sekolah”, jawab Arif.

Pelajaran dilanjutkan kembali dan Arif berusaha bertahan sampai waktu berakhir. Saat istirahat tiba, teman-teman dekatnya seperti Fida, Devi, dan David mencoba mendekatinya dan menghiburnya. Fida memulai pecakapan lebih dulu, “Rif, yang semangatnya. Aku tahu kamu sibuk banget di luar kelas, tetapi harus tetap menyempatkan untuk belajar. Kalau kamu ada kesulitan tentang pelajaran Biologi jangan sungkan untuk menghubungiku”. “Iya Fid, siap makasih ya”, jawab Arif. Berikutnya giliran David, “Tenang bro, ada Devi yang siap bantu kamu. Kita sama-sama suka Fisika, tetapi lemah di Matematika haha”. Lalu Devi menambahkan, “Gini aja man teman, besok kita belajar bareng aja. Kamu gak ada jadwal kumpul organisasi kan Rif?”. Arif merasa sangat beruntung punya teman-teman yang bisa mengerti dia. “Boleh Dev, besok aku free kita gunakan buat belajar aja, eh kalian mengajari aku maksudnya hehe”, balas Arif.

Sepulang sekolah Arif pergi menemui Bu Hidayah di kantor guru. Sampai disana dia dinasihati dan diberikan saran untuk tetap fokus belajar meskipun kegiatan di organisasi sangat sibuk. Dia juga disarankan untuk sering-sering belajar bersama dengan teman-temannya yang lebih ahli sesuai mapel yang dikuasai. Arif menerima semua nasihat dan saran itu dengan baik dan berusaha meyakinkan dirinya kalau dia pasti mampu melewati semua ini. Keesokan harinya sepulang sekolah Arif berkumpul dengan teman-temannya di selasar masjid untuk belajar bersama. Arif belajar Matematika dibantu oleh Devi, lalu Fida belajar Fisika dibantu oleh David. Devi mengajari Arif tentang bab limit fungsi mulai dari dasar sampai pada latihan soal. Pada awalnya Arif dangat bingung sampai dia berniat kabur saja, tetapi dia terus disemangati oleh teman-temannya sehingga mau tidak mau dia harus bertahan. Ternyata lama-lama dia paham juga dan mulai bisa mengerjakan soal-soal yang sederhana dulu. Devi terus mengawasi tanpa ampun, begitupun dengan David dan Fida mereka akan siap siaga kalau-kalau Arif tiba-tiba saja mencoba melarikan diri lagi. Mereka berempat memang suka bercanda gak karuan kalau lagi kumpul, tetapi kalau sudah masalah belajar, jangan harap ada yang bercanda apalagi sampai kabur haha.

Arif tidak bisa terus mengandalkan teman-temannya, dia juga harus belajar melalui buku mata pelajaran ketika di rumah. Jika ada yang tidak dia pahami dia akan langsung bertanya pada ketiga temannya tadi sesuai mapel yang mereka kuasai. Sebenarnya dia ingin ikut les privat, tapi dia tidak punya cukup waktu. Akhirnya dia memilih untuk tetap belajar privat langsung ke teman sebaya saja, ternyata setelah dirasa-rasa menyenangkan juga dan lebih santai. Arif menjalani hari-harinya seperti biasa, tetap aktif organisasi dan juga tetap berusaha keras mengikuti ketertinggalan pelajarannya. Dia akan bangun pagi-pagi sekali untuk mengerjakan PR-nya setelah sholat subuh, karena sudah sangat mengantuk di malam hari setelah seharian beraktivitas di sekolah.

Kelas XI terasa cepat berlalu, Arif berhasil melewati masa suramnya tentunya dengan kerja keras. Dia berhasil melalui UAS dengan baik dan sangat bersyukur masih bisa berada di peringkat sepuluh besar dari 30 siswa. Padahal kondisinya saat itu benar-benar kacau karena kesulitan dalam membagi waktu antara organisasi dan belajar. Hasil tersebut dia dapatkan tidak lepas dari bantuan teman-teman baiknya yang tidak lelah untuk terus mengingatkan dan menyemangati. Kini dia duduk di bangku kelas XII IPA 1, kalau kata teman-teman itu kelas unggulan dan isinya adalah orang-orang pintar. Lembaran baru akan segera dimulai dengan suasana baru, teman baru, dan tantangan baru.

Bagian 3

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Arif menyambutnya dengan penuh semangat untuk memulai cerita baru di kelas XII. Seminggu ini dia akan disibukkan agenda re-organisasi atau serah terima jabatan untuk semua organisasi yang dia ikuti. Dia merasa bahagia sekaligus sedih, bahagia karena dia telah berhasil menyelesaikan semua tanggung jawabnya dan sedih karena setelah ini pasti dia akan lebih jarang bisa berkumpul dengan teman-teman organisasinya. Semua yang ada awalnya pastinya akan ada akhirnya, begitupun dengan aktivitas Arif di organisasinya. Pada hari Senin dia melepaskan jabatannya sebagai koordinator kaderisasi OSIS, lalu pada hari Rabu dia melepaskan jabatannya sebagai pemangku adat Pramuka, dan pada hari Jumat dia melepaskan jabatannya sebagai staff dakwah Rohis.

            Kelas XII menjadi momen genting bagi semua civitas akedemika sekolah baik itu siswa maupun guru. Dua minggu menjalani hari-hari di kelas XII sungguh melelahkan bagi Arif. Hari Senin s/d. Sabtu dari pagi hingga sore dia harus belajar di kelas dan masih harus ikut bimbingan belajar intensif (BBI) yang diadakan oleh sekolahan dari hari Senin s/d. Kamis. Muka semua orang sudah menjadi seperti buku dan bolpoin tanpa senyum sana sini. Ketertinggalan Arif dalam mengikuti pelajaran ternyata masih menjadi momok yang belum terselesaikan hingga saat ini. Dia sudah terlampau banyak melewatkan pelajaran di masa kelas XI sehingga penderitaan akan rasa tidak paham dengan mata pelajaran semakin menjadi-jadi. Setiap kali selesai mata pelajaran IPA kecuali Fisika, dia akan langsung mendekat ke teman akrabnya untuk bertanya dan minta diajari lagi bagaimana cara mengerjakan soal-soal yang ada.

            Belajar dengan teman dan BBI masih belum cukup untuk membantu Arif memahami semua mata pelajaran ujian nasional (UN). Orang tuanya meminta dia mengambil les tambahan di salah satu lembaga privat, tetapi dia belum mau karena masih mencoba menyeseuaikan diri dengan jadwal di sekolah. Pada dua bulan pertama dia masih semangat, tetapi memasuki bulan ketiga dia merasa bosan dan lelah dengan semua aktivitasnya. Ketika pelajaran berlangsung, Arif pernah sampai tertidur di kelas karena saking lelah dan tidak mengerti dengan apa yang dipelajari. Guru wali kelas melaporkan hal tersebut ke orang tua Arif. Sesampainya di rumah, dia dinasihati lalu segera didaftarkan les privat dengan harapan agar dia bisa belajar dengan metode yang baru sehingga lebih semangat.

            Hari pertama ikut les, Arif sebenarnya sangat malas tetapi dia tidak punya pilihan lain daripada kena omelan ibunya. Dia sudah bersiap di ruang tamu yang ditata sedemikan rupa oleh ibunya agar bisa digunakan untuk belajar dengan menyenangkan. Tutor datang tepat waktu, dia dipersilakan masuk dan mereka saling berkenalan. Tutornya laki-laki masih aktif kuliah di STKIP Modern Ngawi semester 6. Arif sengaja memilih tutor laki-laki agar tidak canggung ketika belajar karena dia malas harus bersikap sopan terus kalau sama tutor perempuan. “Nama saya Danang, saya ari Desa Semen tetangga sini”, mas Danang memulai percakapan. “Oh kenalin saya Arif, sekolah di MAN Paron kelas XII”, jawab Arif. Dia menambahkan, “kuliah dimana mas dan semester berapa?”. Mas Danang menjawab, “kuliah di STKIP Modern Ngawi semester 6”. “Oke Mas, yuk langsung mulai aja belajarnya”, kata Arif. “Siap, langsung mulai”, balas mas Danang.

            Hari itu Arif belajar Kimia, mas Danang memulai pembelajaran dengan memastikan pengetahuan Arif sampai mana. “Di sekolahan aku baru belajar bab Reaksi Reduksi dan Oksidasi itupun masih setengah-setengah pahamnya”, kata Arif. “Oke kalau gitu hari ini kita belajar tentang itu, nanti aku jelasin dikit terus latihan soal ya”, balas mas Danang. Pelajaran dimulai, mas Danang menjelaskan lebih dulu tentang Reaksi Reduksi dan Oksidasi dengan bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami. Setelah itu, dia memberikan soal-soal latihann untuk dikerjakan Arif. Baru kali itu Arif belajar dengan serius tanpa merasa bosan, tidak terasa sudah 2 jam berlalu dan pelajaran harus diakhiri dulu. Mas Danang pamit pulang kepada Arif dan ibunya. “Sampai ketemu besok mas”, kata Arif. “Siap, jangan lupa baca dulu dan coba terapkan trik yang aku ajarkan”, balas mas Danang.

            Arif mengambil les privat seminggu 2 kali di hari Jum’at dan Sabtu sore sepulang sekolah untuk mata pelajaran Matematika dan Kimia. Hari Minggunya dia gunakan untuk istirahat dan main agar tidak stres. “Gimana lesnya tadi, seneng nggak?”, tanya ibunya Arif. “Seneng buk, mas Danang jelasinnya enak dan sederhana, ngasih contohnya juga hal-hal yang bisa aku lihat tiap hari jadi lebih mudah dipahami”, balas Arif. “Baguslah kalau gitu, ibuk ikut senang”, kata ibunya Arif. “Kalau cara belajar di sekolahan kayak gini semua, pastinya aku nggak perlu ikut les privat karena udah paham dengan mata pelajaran yang ada”, gumam Arif dalam hati.

            Keesokan harinya, sepulang sekolah Arif ada les lagi masih belajar bab yang sama namun dengan porsi latihan soal yang lebih banyak. Mas Danang mengajarkan cara cepat untuk mengerjakan reaksi kimia serta tips membedakan mana yang termasuk reduksi dan mana yang oksidasi. Lagi-lagi cara menjelaskan mas Danang membuat Arif terkesan dan dengan mudah bisa membuatnya lebih cepat menyelesaikan soal-soal yang ada. “Caramu menjelaskan keren bro, cara ini sederhana dan lebih cepat ketemu hasilnya”, kata Arif. “Ah.. biasa aja bro, aku ajarin cara ini biar kamu nggak tidur kalau lagi belajar haha. Eh tapi ingat, kamu harus pahami dulu konsepnya, jadi walaupun soalnya berubah kamu tetap bisa mengerjakan”, balas mas Danang. “Siap bro, buat variasi lagi ya di soalnya biar aku tahu berbagai bentuk soal”, kata Arif. “Siap laksanakan”, balas mas Danang.

            Aktivitas Arif selama kelas XII terus berlangsung dengan tertib. Pada hari aktif dia akan sibuk dengan belajar di sekolah dan di rumah, lalu pada hari Minggu dia akan menikmati harinya dengan bersantai. Biasanya dia isi dengan bersepeda di pagi hari, kemudian membersihkan rumah, mencuci baju, dan membantu orang tuanya. Dia berusaha menikmati masa-masa itu dengan segembira mungkin dan melakukan hobinya di hari libur. Kalau dia merasa bosan, maka akan menghubungi ketiga teman dekatnya dan mereka menyempatkan waktu untuk bermain bersama. Mereka saling mendukung satu sama lain dan selalu membantu apabila mengalami kesulitan. Arif menjadi akrab dengan mas Danang dan sering menghubungi lewat whatsapp untuk bertanya pelajaran atau sekedar bertanya kabar. Mas Danang akan dengan senang hati menjawab dan tak lupa memberikan dukungan pada Arif untuk selalu semangat berjuang sampai lulus.

            Dua semester telah berlalu, kini tiba saatnya bagi seluruh kelas XII di Indonesia menjalani UN yang dilaksanakan serempak mulai tanggal 15 April. Ujian berlangsung selama empat hari dengan CBT test yaitu menggunakan komputer. Arif beruntung karena mendapat jadwal ujian pagi setiap harinya, jadi pikiran dan tenaganya masih segar untuk mengerjakan soal. Tidak lupa setiap hari dia selalu menyempatkan diri untuk menjalankan sholat malam dan mengulang sedikit belajarnya selepas subuh. Usaha dan do’a dia kerahkan semuanya untuk bisa mendapatkan hasil maksimal. Sebelum berangkat sekolah dia juga selalu berjabat tangan meminta restu dari orang tuanya agar diberikan kelancaran. Beruntung Arif memiliki orang tua yang selalu mendukung kegiatannya asalkan positif dan bermanfaat.

            UN sudah berakhir sebulan yang lalu, kini tiba saatnya hari pengumuman kelulusan. Arif sangat tegang dan gugup untuk melihat hasilnya. Sekolah mengumumkan hasil ujian dengan ditempel di papan informasi sekolah meski tesnya secara CBT. Semua murid kelas XII mengerumuni papan informasi untuk melihat hasil ujiannya. Arif merangsek ke depan, dia urutkan dari absen pertama kelasnya sampai dia temukan namanya. Hasilnya dia lulus dengan nilai rata-rata 7,30. Walaupun rata-rata tersebut tidak cukup tinggi, tetapi dia sangat lega dan bersyukur mengingat bagaimana susahnya dia belajar dalam dua semester terakhir yang sama halnya dengan belajar empat semester dijadikan satu.

            Teman-teman sekelas Arif juga mendapatkan hasil ujian yang memuaskan sesuai dengan usaha yang sudah mereka lakukan selama ini. Khususnya untuk tiga orang yang sana          t dekat dengannya. Devi mendapatkan hasil paling tinggi di antaranya mereka berempat, disusul Fida, lalu Arif di posisi ketiga, dan terakhir David. Sepulang sekolah mereka membali cilok dan mengobrol di bawah pohon depan sekolah sampai selepas ashar baru mereka pulang ke rumah masing-masing. “Pulang dulu Rif, Vid. Setelah ini kita akan jarang bisa berkumpul lagi. Jangan rindukan kita ya hehe”, kata Devi dan Fida seraya pamit pulang. Arif dan David langsung menjawab dengan bersamaan, “Oke, hati-hati kita juga mau pulang. Santai bro kita akan selalu kangen sama kalian, hahaha” (sambil mengejek). Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan campur aduk bahagia dan sekaligus sedih. Satu hal yang pasti, hari itu berakhir dengan kegembiraan dan kehangatan persahabatan.

Bagian 4

Mengingat masa-masa itu sekarang ternyata menjadi menyenangkan karena jadi tahu seperti apa sih perjuangannya dulu hingga bisa sampai sekarang. “Ternyata makanan disini tidak berubah tetap enak”, ucap Arif pada Haris. “Ah biasa aja kali, dari dulu rasanya juga gini-gini aja”, balas Haris. “Hus.. kamu itu kalau penjualnya denger gimana..”, jawab Arif. Haris hanya tertawa lebar mendengar dan melihat reaksi Arif yang sungkan ke bapak penjual penyetan. Mereka tengah menikmati makan penyetan khas Lamongan di taman kuliner dekat kampus. Sedari pagi tadi mereka sudah mengikuti 3 makul sekaligus di hari perdana masuk kuliah semester 4 dan kini mereka tengah mengisi ulang tenaganya yang terkuras.

            “Rif, semester ini gimana kamu bakal kesulitan nggak kira-kira?”, tanya Haris. “Entahlah Ris, mungkin aku bakal kerja keras bagai kuda soalnya ada matematika teknik. Dari dulu aku kurang suka matematika”, jawab Arif. “Wah iya, dosennya kiler lagi. Enaknya kita ngapain ya biar bisa lulus makul ini?”, tanya Haris. “Aku mau minta ajarin kakak tingkat ajalah, mau ikut les lagi bokek gak ada duit buat bayar”, jawab Arif. “Oh iya ada mbak Ratna yang cantik itu lo Rif, dia mahasiswa terbaik yang lulus makul itu. Yuk minta ajarin sama dia”, kata Haris. “Okelah, kamu ya tapi yang hubungi”, kata Arif. Percakapan berakhir dengan anggukan dari Haris tanda mengiyakan permintaan Arif. Mereka lalu pulang ke kos bersama karena semester ini mereka tinggal satu kos tetapi beda kamar, Arif di lantai 2 sedangkan Haris di lantai 3.

            Dua minggu kemudian mereka bertemu dengan mbak Ratna di ruang diskusi perpustakaan untuk ngajarin matematika teknik. Mbak Ratna selesai mengumpulkan laporan kuliah kerja nyata (KKN) langsung menuju perpustakaan. Arif dan Haris selesai kuliah juga langsung menuju ke perpustakaan. Saat itu sore hari sekitar pukul 16.00 WIB mereka akan memulai belajar privat dengan mbak Ratna. Mereka berharap mbak Ratna tidak galak kayak dulu ketika masa orientasi dan pengenalan kampus (OSPEK). Mereka tiba di perpus lebih dahulu dan memilih tempat, lalu 5 menit kemudian mbak Ratna sampai juga. “Halo dek, maaf ya telat dikit”, sapa mbak Ratna. “Santai mbak tidak apa-apa, kita juga baru sampai 5 menit yang lalu”, jawab Haris. “Oke deh. Eh gimana ni maunya belajarnya?”, tanya mbak Ratna. “Heh Rif… ditanya tu, malah bengong aja (sambil menyenggol bahu Arif)”, kata Haris. Ternyata sedari tadi Arif hanya bengong memperhatikan mbak Ratna bak terpana pada pandangan yang pertama. “Eh.. anu.. mmt.. belajar dari awal mbak dari dasar (sambil terbata-bata dan tersipu malu)”, jawab Arif.

            Haris dalam hati berkata “ini anak kesambet apa ya, tiba-tiba jadi kayak orang gagap gitu, hah.. sudahlah abaikan”. Mbak Ratna sedikit keheranan dengan tingkah Arif, tapi tidak diambil pusing dan langsung memulai belajar. Mereka bedua serius mendengarkan penjelasan mbak Ratna khususnya Arif, dia hampir-hampir tidak berkedip malah. Dia masih tetap terbuai dengan kekagumannya, untunnya dia punya kemampuan bisa konsentrasi dengan dua hal sekaligus jadi dia bisa tetap memahami penjelasan mbak Ratna. Satu jam sudah berlalu dan mereka mengakhiri belajar hari itu. Sebelum pulang mbak Ratna berkata: “Dek, kita belejarnya seminggu sekali aja ya soalnya aku juga masih punya banyak hal yang harus diurus”. Secepat kilat Arif langsung menjawab: “Iya mbak, tidak apa-apa, mbak udah mau ngajarin aja kita udah seneng banget” (sambil mengeluarkan senyum mautnya). Kemudia mbak Ratna pamit pulang duluan. Haris hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu.

            Sesampainya di kos Haris tidak naik ke lantai 3, tetapi mengikuti Arif ke kamarnya. “Hayo ngaku aja lo suka sama mbak Ratna kan, dari awal ketemu udah bengong gitu ngelihatnya sampai lupa kedip”, goda Haris. “Apaan,, gaya bener, pake lo lo segala. Enggak ya, biasa aja. Kamu tuh yang ngeliatinnya sampai melotot, weekk..”, jawab Arif. “Halah.. bohong lu, lihat aja entar gue pasti bisa buktiin omongan gue”, jawab Haris. Mendengar jawaban itu secepat kilat Arif segera mengusir Haris dari kamarnya karena dia tidak bisa berdebat soal itu dengan Haris, sudah pasti dia akan kalah. Ketika dipikir-pikir lagi dia menyadari kalau dia memang terpesona pada mbak Ratna sedari awal jaman masih mahasiswa baru. Sebenarnya tidak hanya dia, banyak dari teman-temannya dan kakak tingkat juga suka sama mbak Ratna karena dia cantik, pintar, ramah ke semua orang, dan single.

            Sepekan telah berlalu, hari ini mereka belajar lagi sama mbak Ratna di perpustakaan. Sore itu hujan gerimis, namun tidak menyurutkan semangat kedua sejoli ini untuk bertemu tutor mereka. Selain untuk belajar, mereka juga bisa menikmati keindahan paras elok mbak Ratna dari dekat haha. Mereka belajar bab 3 disesuaikan dengan yang dipelajari di kelas. mbak Ratna menjelaskan sebentar lalu memberikan kuis untuk mereka kerjakan. Kemudian kuis dikoreksi bersama sambil Arif dan Haris diminta membahas satu persatu jawaban mereka untuk lebih meningkatkan pemahaman mereka. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari cara mbak Ratna mengajar, tetapi cara menjelaskannya bisa terstruktur dari sederhana sampai rumit, jadi bisa lebih mudah untuk dipahami.

            Semester 4 sudah hampir belalu, sampailah mereka pada pertemuan terakhir perkuliahan dan minggu depan akan dilakukan UAS semua makul. Semester ini Arif dan Haris terselamatkan dari kesengsaraan menghadapi si killer matematika teknik berkat mbak Ratna. Mereka dapat mengikuti semua bab dengan baik dan juga bisa mengerjakan setiap kuis yang diberikan, meskipun masih ada yang di beberapa soal. Sore nanti juga belajar terakhir mereka dengan mbak Ratna. Sepulang kuliah mereka pergi ke toko buku untuk membelikan buku mbak Ratna sebagai tanda terimakasih, karena kalau diberikan uang pasti akan ditolak. Pada pukul 16.00 WIB seperti biasa mereka bertiga bertemu di perpustakaan dan langsung mulai belajar bab terakhir. Selesai belajar, Arif dan Haris memberikan buku yang mereka beli tadi ke mbak Ratna dan mengucapkan banyak terimakasih atas bantuannya selama satu semester ini. Mbak Ratna juga berterimakasih atas buku yang diberikan dan berpesan agar mereka tetap menyempatkan belajar meski aktif di organisasi maupun unit kegiatan mahasiswa (UKM), kenudian pamit pergi duluan.

            Tanpa sadar tiba-tiba Arif mengatakan: “Yah.. kita kehilangan bidadari jurusan Ris”. Haris yang mendengar kalimat itu keluar dari mulut seorang Arif sampai tercengang sebentar lalu kembali sadar dan menjawa: “Boom.. beneran kan tebakanku kalau kamu suka sama dia. Sudah ku duga sedari awal pertemuan, hahaha”. Menyadari apa yang terjadi Arif langsung salah tingkah dan tidak bisa menyangkal jawaban dari Haris. Kemudian dia segera bergegas membereskan semua barangnya dan pamit pulang. “Halah kamu ini Ris.. pulang dulu ya”, kata Arif (sambil berlalu). “Kena kamu, jadi salting gitu. Eh.. tungguin woi, bareng napa”, jawab Haris (sambil berjalan cepat mengejar Arif). Mereka sampai kos dan langsung menuju kamar masing-masing karena lelah dengan aktivitasnya seharian penuh di kampus.

            UAS telah tiba, mulai hari ini sampai seminggu ke depan mereka akan bergelut dengan soal-soal ujian yang entah berapa jumlahnya dan masih ditambah ujian praktikum. Waktu tidur, makan, dan main game akan berkurang demi menyelesaikan pertempuran melawan soal dengan baik. Arif seperti biasa melakukan rutinitas yang tidak boleh lupa ketika UAS yaitu meminta restu kepada kedua oran tua, menyempatkan sholat malam, lalu belajar sebentar setelah selesai sholat subuh. Selama di kampus dia berusaha setenang mungkin dalam mengerjakan soal agar tidak ada yang salah atau terlewat. Pada hari keempat dia mengerjakan UAS matematika teknik. Keluar ruang ujian dia merasa sangat lega bisa mengerjakan sampai selesai, meskipun dia tidak yakin 100% dengan hasilnya yang penting sudah berusaha maksimal. Hari-hari berikutnya berjalan dengan baik sampai UAS hari terakhir bisa dia lewati dengan perasaan puas atas semua usaha yang sudah dia lakukan.