Museum Gempa Prof Sarwidi Museum ini dilengkapi dengan alat peraga film permainan

Museum Gempa Prof Sarwidi Museum ini dilengkapi dengan alat peraga film permainan simulasi gempa. Gempa bumi yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah 27 Mei 2006, sudah memasuki usia sembilan tahun. Pakar gempa UII, Prof Sarwidi mendirikan Museum Gempa di tempat wisata Kaliurang, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Museum gempa ini bisa dinikmati kalangan orang tua, mahasiswa, dan anak-anak. Mereka bisa menikmati museum sambil wisata di Kaliurang,” kata Sarwidi kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (22/5).

Dijelaskan Sarwidi, museum gempa diberi nama ‘Museum Gempa Prof Sarwidi.’ Museum ini dilengkapi dengan alat peraga, film, permainan simulasi gempa dan terpadu dengan obyek wisata.

Museum Gempa, kata Sarwidi, memberi pelajaran bagi generasi muda agar lebih akrab terhadap gempa. Sehingga ketika terjadi gempa beneran, sudah mengetahui bagaimana menyelamatkan diri.

Pembelajaran ini  bisa mengurangi resiko bencana karena Indonesia merupakan negara bencana. “Gempa bumi tidak bisa dipindahkan. Kalau bajir atau lahar dingin bisa diantisipasi dalam mengurangi dampaknya,” kata Sarwidi.

Gempa, lanjut Sarwidi, jangan dipandang dari sisi negatifnya saja. Tetapi ada sisi positifnya, sebab gempa merupakan salah satu cara bumi melepaskan diri energinya. “Kalau tidak ada gempa, kemungkinan bumi ini bisa meledak dan bumi ini tidak bisa dihuni lagi. Jadi gempa itu tugasnya mulia, menyelamatkan bumi,” katanya.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya gempa, Program Magister Teknik Sipil (PMTS) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII Yogyakarta menggelar sejumlah acara. Di antaranya, Bimbingan Teknis dan Fasilitasi Edukasi Kesiapsiagaan dalam Pengurangan Resiko Bencana di Museum Gempa Prof Sarwidi di Kaliurang, Kamis (28/5), Pemeran Pengurangan Resiko Bencana Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Graha Saba Pramana UGM Selasa (26/5), dan Pertemuan Ilmiah Tahunan IABI di Graha Saba Pramana UGM, Selasa-Jumat (26-29/5

Peningkatan kesadaran masyarakat terkait dengan antisipasi bencana alam seperti gempa bumi bisa dilakukan lewat berbagai cara. Salah satunya dengan mengenalkan masyarakat terkait dengan berbagai macam kejadian gempa bumi yang terjadi di Indonesia. Dengan cara tersebut, saat terjadi bencana, diharapkan masyarakat bisa melakukan berbagai macam antisipasi untuk meminimalisasi jumlah korban.

Sebagai salah satu upaya ikut meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana gempa bumi, maka dibangunlah Museum Gempa Prof.  Sarwidi yang tidak hanya memajang benda-benda saja sebagaiman museum kebanyakan, tetapi berusaha menampilkan nuansa yang berbeda, seperti menampilkan kejadian-kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di Indonesia dengan teknologi maju, sehingga pengunjung museum bisa mengikuti simulasi untuk ikut merasakan gempa tersebut.

Selain itu para pengunjung akan dapat menyaksikan pula simulasi kejadian gempa yang merobohkan bangunan dengan alat khusus, dan berbagai hal lain yang menarik. Diharapkan kedepan Museum Gempa ini akan menjadi pusat research hal-hal yang berkaitan dengan gempa bumi, termasuk database gempa.

Sumber terkait adalah

http://blog.umy.ac.id/restufaizah/museum-gempa-prof-dr-sarwidi/

http://www.epaper.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/15/05/22/noqqcv-kaliurang-miliki-museum-gempa

Museum Gempa Prof Sarwidi, Pendiri Museum Gempa Prof Sarwidi, Koleksi Museum Gempa Prof Sarwidi, Objek Studi Wista, Tempat Studi Wisata, Objek Studi Tour

Kerjakan PR Online Mudah, Bantuan Kerjakan PR, Pahami Dalam Kerjakan PR , Privat Guru Online, Guru Online, Privat Online Indonesia, Belajar Privat Online, Privat Online Jogja. Les Privat (Belajar Mandiri) Mapel SD/MI Mapel  SD MI dan Bahasa Daeraj (Jawa).  Les Privat (Belajar Mandiri) Mapel SMP/MTs Mapel  SMP MTs dan Bahasa Daerah (Jawa). Privat Bahasa Jawa Jogja, Guru Privat Bahasa Jawa, Belajar Privat Bahasa Jawa, Tempat Privat Bahasa Jawa, Guru Belajar Privat Jawa, Tempat Les Bahasa Jawa, Lokasi Privat Bahasa Jawa, Belajar Bahasa Jawa Privat, Privat Bahasa Daerah