UA-226133185-1
0812 1566 3955 [email protected]

Museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama. Anda pernah melihat tembok yang dijebol dengan kekuatan tenaga dalam? Jika Anda mempunyai waktu luang, cobalah menyaksikan “keajaiban” tersebut di Museum Sasana Wiratama Monumen Pangeran Diponegoro, terletak sekitar 4 kilometer ke arah barat dari pusat kota Jogja. Museum didirikan atas prakarsa Mayor Jendral Surono (mantan Panglima Kodam), di resmi kan pada tanggal 9 Agustus 1969 oleh presiden Soeharto. Museum yang berada di kompleks Monumen Pangeran Di ponegoro ini menyimpan kisah perjalanan perang Pangeran Diponegoro melawan kolonial Belanda.

24-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

24-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

24-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

24-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

24-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

24-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

Sebuah tembok jebol menjadi saksi bisu perjangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Konon, tembok jebol di sayap barat museum merupakan hasil olah tenaga dalam Pangeran Diponegoro ketika pada tanggal 20 Juli 1825 tentara Belanda mendesak masuk lewat arah utara, timur, dan selatan puri. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan Pangeran Diponegoro untuk menyelamatkan diri adalah menjebol tembok bangunan. Pemandangan yang tidak biasa ini hanya terdapat di Museum Pangeran Diponegoro, tembok bagian barat menjadi “lubang waktu” yang menghubungkan masa kini dan masa lalu. Peninggalan Pangeran Diponegoro lainnya adlah padasan (tempat air wudhu) di depan pendopo serta batu comboran (tempat makan dan minum kuda) di bagian tenggara pendopo.

Sejarah Pembuatan Monumen Sasana Wiratama Diponegoro

Merupakan monumen untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro yang berjarak 4 km dari kota Yogyakarta dengan luas areal 2,5 Ha. Berawal dari sebuah petilasan yang awalnya dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang diserahkan oleh ahli waris Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Kanjengteng Diponegoro bersama Nyi Hadjar Dewantara dan Kanjeng Radeng Tumenggung Purejodiningat untuk dikelola dan dijadikan monumen.

Selanjutnya petilasan yang berada di tanah milik keraton ini mulai tahun 1968 – 1969 dibangun sebuah monumen pada bangunan pringgitan yang menyatu dengan pendopo. Pembangunan monumen ini sebelumnya di prakarsai oleh Mayjen Surono yang waktu itu sebagai Panglima Kodam dan selanjutnya diresmikan oleh Presiden Suharto yang dinamakan Wiratama yang artinya tempat prajurit.

Monumen Sasana Pangeran Diponegoro dibangun dengan panjang 20 m dan tinggi 4 m yang merupakan pahatan relief pada dinding pringgitan. Relief tersebut menceritakan situasi Desa Tegalrejo yang damai sampai terjadinya perang Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda hingga akhirnya tertangkap di Magelang. Monumen ini dipahat oleh beberapa seniman patung seperti Drs Saptoto dari Akademi Seni Rupa Indonesia ( ASRI ) dibantu oleh beberap seniman lainnya seperti Sutoto, Askabul dan Sokodiharjo. Pada sisi monumen sebelah barat terdapat lukisan diri Pangeran Diponegoro dan pada sebelah sisi timur monumen terdapat lukisan Pangeran waktu menunggang kuda hitam yang siap berperang.

Kalau ditelusuri setelah masuk gerbang utama, dan berjalan memutar kearah barat, pendopo ini dikelilingi oleh museum, perpustakaan, mess dan tembok yang jebol. Peninggalan yang cukup banyak menarik perhatian adalah tembok jebol, padasan ( tempat berwudhu Pangeran ) di depan pendopo dan batu Comboran ( tempat makan dan minum kuda Pangeran ) di sebelah tenggara pendopo. Sebuah tembok yang jebol menjadi saksi bisu kejadian pada waktu itu tempat tersebut dikepung oleh pasukan Belanda.

Laskar yang pada waktu itu dipimpin Joyomustopo dan Joyoprawiro terdesak mundur masuk ke dalam tembok tersebut. Untuk menyelamatkan pasukan dan keluarganya, akhirnya Pangeran Diponegoro memilih menjebol tembok sisi Barat tempat tersebut. Selanjutnya seluruh pasukannya mundur menjauh ke barat. Sebuah keputusan yang tepat untuk menyusun strategi dan tetap mengobarkan api semangat kepada pasukannya.

Dapat ditemukan juga patung Letjend Urip Soemohardjo yang bertuliskan “Orde. Contre-Orde. Desordre !” pada sisi timur dan patung Panglima Besar Jendral Sudirman yang bertuliskan “Jangan Lengah” di sisi barat. Setelah memasuki pintu gerbang akan kita lihat sebuah dinding setinggi 2 meter yang berbentuk menyerupai kubah masjid dan dibagian atasnya bergambar sosok raksasa sedang melawan seekor naga. “Makna dari gambar tersebut Butho Mekso Basuki ning Bawono yang berupa Suryo Sengkolo Memet, sengkalan yang mamakai gambar” ungkap seorang narasumber. Sengkalan yang telah diketahui artinya dibaca terbalik. Sengkalan yang artinya 5281 bermakna 1825 sebagai pertanda pecahnya perang Pangeran Diponegoro

 

Koleksi Museum Sasana Wiratama Monumen Pangeran Diponegoro di dalam ruang pamer antara lain uang koin, batu akik, tombak, keris, pedang, panah, bandil (semacam martil terbuat dari besi), patrem (senjata prajurit perempuan), dan candrasa (senjata tajam berbentuk mirip tusuk konde) biasa digunakan oleh telik sandi (mata-mata) kerajaan. Sedangkan sejumlah alat rumah tangga buatan tahun 1700-an terbuat dari kuningan, terdiri dari tempat sirih dan kecohan, canting (alat membatik), teko bingsing, bokor serta berbagai bentuk kancip (alat membelah pinang), tertata dengan rapi.

Koleksi dalam museum secara garis besar terdiri dari senjata tradisional, peralatan rumah tangga, dan barang bernilai seni yang jika diakumuluasikan berjumlah seratus buah. Senjata tradisional yang digunakan pada saat perang adalah keris, tombak, pedang, panah, bandil atau martil besi, patrem yaitu sebuah senjata untuk kaum perempuan,dan candrasa atau tusuk sanggul.Sedangkan untuk alat rumah tangga semuanya terbuat dari kuningan yang dibuat sekitar tahun 1700-an yang terdiri dari tempat sirih beserta kecohan atau tempat meludah, canting untuk membuat motif batik, teko, dan kacip yaitu sebuah alat untuk membelah pinang.[Lalu, untuk barang bernilai seni ada patung Ganesha kecil, tali kuda pemberian Hamengku Buwono Vlll, sepasang patung Loro Blonya dan lampu hias. Ada juga gamelan dan perunggu berwarna-warni.

Seperangkat gamelan milik Sri Sultan hamengkubuwono II buatan tahun 1752 turut menghiasi ruang pamer. Keris dan tombak pangeran Diponegoro juga diabadikan sebagai pengingat kepahlawanan beliau. Dua senjata keramat, yaitu sebuah keris dengan 21 lekukan, Kyai Omyang, dan pedang berasal dari Kerajaan Demak merupakan dua senjata yang digunakan Pangeran Diponegoro untuk melawan Belanda.

Museum Sasana Wiratama Monumen Pangeran Diponegoro buka dari hari Senin sampai Sabtu pukul 08.30-15.30 WIB. Berbagai fasilitas akan mel engkapi kunj ngan Anda, diantaranya pendopo/ tempat pertemuan, pengi napan, mushola, dan tempat parkir luas. Berada di Jalan H. O. S Cokroaminoto TR III/ 430 Tegalrejo, Yogyakarta, telepon (0274) 622668

Sumber dari

Sasana Wiratama Diponegoro

http://diponegoro.museumjogja.org/id

https://id.wikipedia.org/wiki/Sasana_wiratama

http://museumjogja.org/id/content/40-museum-monumen-pangeran-diponegoro-sasana-wiratama

Museum Sasana Wiratama Monumen Pangeran Diponegoro, Pendiri Sasana Wiratama Monumen Pangeran Diponegoro, Koleksi Museum Sasana Wiratama Monumen Pangeran Diponegoro, Objek Studi Wista, Tempat Studi Wisata, Objek Studi Tour Privat Guru Online, Guru Online, Privat Online Indonesia, Belajar Privat Online, Privat Online Jogja. Privat Belajar PR Online, Kerjakan PR mudah, Bantuan Kerjakan PR, Pahami Dalam Kerjakan PR, Les Privat (Belajar Mandiri) Komputer,  Les Privat (Belajar Mandiri) Internet. Internet Administrasi sekolah, Bidang internet marketing.